[LOUNGE] Ngalor Ngidul CurHat

Part terakhir

Maapkeun, aku baru punya waktu nulis hehe.. sibuk euy...

Spoiler, cerita ini mengandung banyak deskripsi dibanding mistis. Kalau mau langsung ke mistis langsung saja keakhir cerita. Terima kasih.

……

Malam itu, karena aku udah capek banget secara fisik dan pikiran. Maka aku udah nggak peduli sama beberapa gangguan kayak suara orang jalan, suara orang mengobrol. Pacil juga sama, aku paksa suruh dia tidur sebab pagi nanti kita harus summit ke puncak kalau sekarang belum tidur itu bahaya banget.

“ Cil, udah tidur aja biarin aja mereka caper. Selagi nggak ganggu sampe masuk tenda biarin aja. “

“ Tapi gw takut han. “

“ Tidur lu meluk gw, kalo ada apa – apa bangunin paksa aja. Gw bakar tu setan – setan caper. “ Ucapku kesel.

Untungnya pacil nurut dan malam itu kita berhasil lewatin. Pagi harinya, kita kesiangan karena waktu menununjukkan pukul 8 pagi itu udah telat banget. Sebenarnya aku subuh itu udah bangun. Sempat solat juga walaupun seadanya. Tapi karena udara dingin, setelahnya malah tidur lagi hehe.

“ Anjir padahal gw pasang alarm. “ Teriak tenda sebelah.

“ Iya njir kok kaga bangun ya. “

Mereka disana ribut – rebut gitu. Karena memang kita memang kesiangan. Puncak itu jauh banget. Umumnya, summit itu harusnya jam 3 – 4 pagi. Karena masih jauh banget. Nah kita jam 8 itu terlambat banget.

Sebagai catatan, ke puncak itu bisa kapan pun dan jam berapapun andai cuaca bersahabat. Digunung cuaca itu nggak bisa diprediksi. Kenapa harus pagi – pagi? Sebab untuk menghindari awan salah satunya. Bukan semata – mata untuk mencari sunrise saja.

“ Yaudah kita siap – siapa aja semoga aja cerah lah. “

Mereka siap – siap. Aku juga membantu kayak bikin kopi, susu apapun itu untuk kehangatan. Sementara yang lain membuat bekal dari roti gandum dan dipisahkan di tas kecil karena nggak mungkin kalau kita bawa tas besar.

Setelah siap, sekitar pukul 9 pagi kita berangkat dari pos 3 menuju puncak. Sambil berharap diatas itu cerah dan juga selamat sapai tujuan.

“ Cil, lu kuat gak? Kalau nggak lu nggak usah naek gw temenin di tenda. “ Tanyaku untuk memastikan pacil.

“ Kuat kok, kita coba yuk. “

“ Yakin? “

“ Iya. “ Jawab pacil sambil lompat – lompat.

“ Ouh berarti kakinya udah normal han. “ Akmal nyambung dari belakang.

“ Masa semalem langsung ilang, aneh bener. Yaudah mal, berangkat kita. “

Dengan formasi yang semalam. Kita akhirnya berangkat menuju puncak. Dijalan, kita mungkin punya pikirin yang sama.

“ Suatu saat, kita harus balik kesini lagi. “ begitu kira – kira pikiran kita.

Keindahan yang tersaji itu benar – benar menakjubkan. Pernah menonton fil jurrasic park? Kira – kira pemandangan mininya seperti itu. Indah banget, tebing – tebing dikiri itu tersusun indah banget. Dikanan kota magelang luas, diujungnya itu gunung membiru.

Ketika melihat seperti itu, mungkin kata yang keluar dari mulut pertama kali adalah. Puji tuhan yang telah menciptakan keindahan ini.

2 jam berlalu, kita nggak sampai – sampai ke pos 4 sedangkan medan jalan semakin sulit untuk di lalui, tanjakan curam. Beberapa kali harus melewati sungai dengan bebatuan yang licin. Sulit menurutku, dan yang paling sulit adalah kaki si pacil sakit lagi.

Tetapi masih wajar, kita terus lanjut jalan walaupun beberapa kali istirahat untuk meredam nyeri di kaki pacil.

“ Cil nggak papa? “

“ Nggak tau nih, kaki berat banget asli. “

Sebetulnya, selain pacil ini yang bikin kita panik. Ada hal yang lebih kita takutin. Kabut yang sangat tebal dan angin yang kencang sekali. Masalahnya, kita menanjak curam, bebatuan terhalang kabut jarak 2 meter itu sulit. Ditambah angin, kita takut terjadi badai aja diatas dan itu berbahaya.

“ Yaudah, jalan sedikit – sedikit aja. “

Kamipun jalan sedikit – sedikit dan sangat rapat sekali. Pacil aja sampe aku pegang tangan nya terus. Dia ini memang adik ke 7 kami lah ya. Memang paling manja di rombongan kami hehe.

“ Han. “

“ Lu jangan jauh – jauh. “ Pacil ngomong sambil bisik – bisik.

“ Kenapa emang. “ Jawabku penasaran.

“ Dari tadi gw denger dari kanan ada yang nyuruh gw berhenti.. berhenti.. gitu. “

“ Alah, lu capek itu.. kanan jurang pea, ketutup kabut lagi. “

“ Beneran pele. “

“ Udah gampang, fokus jalan dulu aja. “

Akhirnya kita jalan lagi, sementara aku udah mulai was – was ini. Dan beberapa kali mulai kasih kode ke Akmal yang dibelakangku. Serius, suasana disini itu berbeda banget. Ini harusnya panas, tapi ini dingin banget tapi kita masih positif ini pengaruh dari angin dan kabut.

Beberapa kali juga pacil ini pengen berhenti, tapi aku tolak karena emng nggak mungkin berhenti dijalur. Feelingku nggak enak aja, akhirnya terpaksalah walaupun terpincang – pincang kita tetap jalan.

1 jam kemudian dan tepatnya sekitaran jam 12, 30 kita sampai di pos 4. Serius jauh banget memang. Dan lebih parahnya, kita belum sampai puncak di jam segini. Sementara banyak orang yang sudah turun dari puncak. Juga, banyak orang yang lebih memilih untuk stay di post 4 dan melanjutkan summit malam nya.

Kalau kita nggak mungkin dong bikin tenda di pos 4 sebab barang kita ada di pos 3. Akhirnya kita berdiskusi untuk tetap memaksa ke puncak dengan 1 syarat.

“ Cil, lu bisa lanjut nggak ke puncak? “ Tanya yang lain.

“ Kaki gw nggak bisa digerakin lagi ini. Sakit banget. “

Sontak kami itu melupakan keindahan di seberang lautan awan sana. Didepan kita itu tepat seperti samudera awan yang membentang luas banget. Terlihat gunung Merapi, slamet, prau dan banyak lainnya. Itu semua kaya runtuh karena mendengar pacil ini kakinya ngak bisa digerakkin.

Dan disinilah peran Akmal sebagai senior pendakian dimulai. Kita mulai berdiskusi untuk menurunkan pacil ke pos 3.

“ Pacil turun sama gw ke pos 3. Sisanya naik ke puncak. Jangan sia – siain waktu, kalian harus ke puncak. “ Ujar Akmal.

Kita terdiam, satu sisi, puncak sangat dinantikan disisi lain, teman kita sedang sakit agak parah dan itulah yang membuat kita agak ragu.

“ Yaudah kita turun aja nggak si? Puncak bisa kapapun kita daki. “ Ujar yang lain.

“ iyalah, temen kita lagi kayak gini masih aja mau kepuncak. “

“ Puncak bonus aja dari perjalanan kita sekarang. Yang penting turun dan pulang dengan selamat tujuan utama kita. “

Mereka sepertinya sepakat untuk turun bersama – sama atas dasar solidaritas. Tetapi nyatanya nggak semudah itu.

“ Nggak ada, lu semua harus naik. Pacil bisa gw handle, gw udah pernah kepuncak ini 4 kali. Lu semua kan belom. Nggak tau juga kita kapan bisa kesini lagi. Lu semua mending naik. “ Akmal meninggikan suaranya.

Kita nggak ada yang berani jawab dan yang lain lebih memilih untuk bersiap untuk lanjut kepuncak karena, dihati kecil mereka juga menginginkannya. Dan kami sepakat melanjutkan kepuncak sisanya berarti sekitar 4 orang.

“ Gw stay dulu ya. Pada duluan aja, kalau gw berubah pikiran nanti gw susul lari. “ Ujarku.

“ Lu ikut juga sana han. “ Akmal berucap.

“ Gw pengen solat dulu. “ Alasanku.

“ Udah cepat, sana duluan. Nanti semakin sore. “

Mereka pun duluan, sedangkan aku solat. Yang pertama fi hormatil wakti dan kedua solat mutlak. Mohon petunjuk, aku muncak atau turun ke pos 3. Dan keluarlah firasat bahwa aku harus turun ikut sama Akmal.

Dan sekarang, kita terbagi ke dalam dua tim. Aku bertiga turun kebawah, dan ketiga lainnya naik keatas puncak. Mungkin mereka sekitar 1 jam lebih kesana. Jika dengan pacil mungkin bisa 3 – 4 jam karena pacil sangat lambat sebab kakinya itu sakit.

“ Alesan aja kan lu solat, padahal mah pengen nemenin turun. “ Sini banget Akmal.

“ Ya kali gw tinggalin temen paling sohib gw haha. Yuk kita turun. “

“ Bentar dulu han, kaki gw sakit banget. “

Aku segera melepas sepatu pacil dan mengurutnya kebetulan aku tau sedikit kalau ada urat yang keselip aku tau caranya. Tau punggung kaki? Tinggal usap aja pakai jempul. Ketika tulang nya bunyi berarti itu aman aja kakinya.

“ Ini serius, kaki lu aman. Nggak ada apa – apa. Mending paksa sedikit – sedikit turun cil. Gw papah. “

Memang kakinya itu ngak papa. Memang aneh, dari segi uratnya itu normal banget ngak ada kendala pokoknya. Kamipun segera bersiap untuk turun karena takut kabut ikut turun juga.

Perlahan, selama 15 menit berjalan, kita rehat. 15 menit berjalan kita rehat. Terus saja seperti itu. Kabut tebal mulai turun. Angin kencang ikut menerpa. Ini lebih sulit dari pada menanjak. Karena waktu kita naik aja itu susah, apalagi ini turun. Licin ditambah pandangan terbatas. Sambil mapah orang, pokoknya susah banget. Dan tiba – tiba kita seperti melihat ada sebuah bayangan dibalik kabut.

“ orang naik kali ya. “ Pikirku.

“ Han jangan bengong pea. “

“ Ada orang mal, cil. Coba kita minggir dulu. “ Kataku, akhirnya kita nepi dulu tuh.

Sampe beberapa saat, nggak ada yang lewat padahal jelas banget aku bener – bener liat itu bayangan orang loh.

“ Yaudah lanjut aja lah. “ Ajak Akmal.

“ Ntar dulu mal, kaki gw tiba – tiba kaku banget ini nyelekit. “

“ Ya allah.. “ Aku berujar.

“ Sini dah lu gw gendong aja cil. Han lu bawa tas gw. “

“ Jangan mal, ngerepotin nanti. “

“ Gak papa, ayo kita jalan. “

Akhirnya Akmal menggendong pacil, kami pun terus jalan dan tak sama sekali istirahat karena memang aku tidak meyarankan sama sekali untuk berhenti.

1 jam kemudian, kita sampai di pos 3. Turun memang lebih mudah daripada naik. Dan ketika sampai di pos 3 tanpa basa – basi aku dan Akmal langsung menuju tenda dan tidur. Kalau pacil katanya dia mau masak makanan, kaya nugget, mie dll gitu.

Bangun jam 5 sore, ternyata anak – anak yang dari puncak udah pada dateng. Mereka sedang masak makanan gitu. Yaudah lah, Sebagian juga ada yang berberes tenda biar pas makan selesai kita bisa berangkat untuk pulang.

Memang kami ini gila, maghrib – maghrib naik. Dan sekarang pulang pun maghrib. Tetapi karena sekarang ini kondisi turun. Mungkin sampai pos ojek sekitar 2 jam lah. Beda dengan naik yang bisa sampai 4 – 5 jam. Sebab barang bawaan juga udah berkurang, jalur juga tidak curam.

Berangkat lah kita jam 6 kurang gitu, jadi kita punya batas target maksimal sampai jam 9 malam di basecamp. Sebab jam segitu sudah tutup untuk penghitungan sampah. Di gunung sumbing itu, barang apapun yang dibawa sampahnya dihitung. Jika hilang nanti di kali 10 dendanya. Missal, puntung rokok hilang 1. Yaudah, ganti 10 batang.

Dalam perjalanan, nggak ada gangguan berarti. Aman – aman aja tuh sampe pos 2 jam 7 kurang lah. Enak banget, datar, kelap kelip kota magelang keliatan banget. Kayak seakan kita tuh.. wah aman lah, pacil juga nggak teriak kakinya sakit.

“ Ngopi dulu, ngopi.. “

Rehat di pos 2 kira – kira 15 menit. Rokokan, kopian. Sampe kita memutuskan mau melanjutkan perjalan tiba – tiba.

“ Pelan – pelan ya, kayaknya kaki gw sakit lagi nih. “

“ Yaelah apa lagi si ini. “ Aku mikir dalem hati. Padahal tadi aman - aman aja.

“ Oke aman cil. “

“ Aman cil. “

Yang lain saling sahut -sahutan. Dan kita melanjutkan perlajanan. Oiya rombongan kita memang sendiri. Lagian mana ada rombongan yang mau pulang maghrib – maghrib? Yaa kita doang yang nekat hehe. Kalau rombongan yang naik sesekali ada ketemu dijalan tetapi kalau turun hanya kita.

“ Ngomong – ngomong ini udah 30 menit keknya nggak ada persimpangan ma uke pos 1. “ Salah satu temanku nyeletuk.

“ Harusnya secara estimasi 30 menit kita udah cukup sampe pos 1 kan. Ini kita turun loh bukan naik. “

Tiba – tiba aku juga sadar. Kita memang seperti jalan ditempat gitu. Tapi lagi – lagi kita semua berpikiran positif. Mungkin sedikit lagi akan sampai karena kami memang sedikit lambat.

“ DUGHH.. DUGHH.. DUGHH.. “

“ Lah gempa? “

“ Coba diem dulu jangan gerak.. “

“ Itu bukan gempa njir, suara Langkah kaki. “

“ Serius? “

Tiba – tiba orang – orang di depan pada berhenti seakan berjalan mundur kebelakang.”

“ Woi jangan mundur, ini tangga, bahaya. “ Aku heran kenapa mereka berjalan mundur.

“ c-coba liat kedepan. “

“ Gede banget han ya allah.. “

“ Ya allah.. “

Mereka pada nyebut, sambil pada jongkok. Dan anehnya dari semua orang disini. CUMA AKU YANG NGGAK LIAT. Ini serius, yang aku liat tuh jalan kayak biasa aja.

“ Oke coba sekarang kita mundur dulu kebelakang semuanya. “ Aku berseru untuk kembali mundur, ternyata tidak semudah yang kubayangkan.

“ Hann dibelakang juga ada.. “

“ Tolong.. banyak suara anak kecil ketawa disini. “

“ Han banyak orang disamping kanan kiri. “

Apasih? Mereka ini teriak – teriak sambil pegang kuping. Dikanan kiri katanya ada orang lah, teriakan anak kecil lah. Belakang ada yang menghaangi kaya buto. Aku bingung disini, aku sama sekali nggak lihat atau apapun!

“ Mal gmna ini? “ aku bertanya disela – selama mereka yang histeris.

“ gw juga bingung han, gw liat banyak banget ini disini depan – belakang, kanan – kiri han. “

Waduh ini gimana ya?

“ Pergiii.. “

“ Pergiii.. “

“ Hannn.. farhannn.. “

Apa sih, mereka ini kenapa? Aku bingung harus gimana sekarang? Serius aku nggak melihat apapun.

“ Huhuhuhu.. tolongin ini.. “

Beberapa orang ada yang menangis karena mendapat gangguan yang aku juga bingung bagaimana mendeskripsikannya.

“ Lu pada serius apa gimana sih? “

“ Tolonggggin. Huhuhu.. “

Aku bingung kemudia maju kedepan anak – anak yang membentuk lingkaran kecil nggak sempurna.

“ LU SEMUA DIEM, 1 ORANG ADA YANG LIATIN KALO ILANG BILANG..! “ Aku teriak, dan merekapun diam walaupun ada beberapa masih menutup kuping dan ada 2 orang yang melihat Kearah depan.

“ Makhluknya gimana. Nggak usah liat mukanya. “ Ucapku.

“ Item banget.. kakinya doang han gede ngalangin jalan. “

“ Buset dah setan gila, masih aja lu ya pada. “

Aku balik badan terus bawa air. Airnya aku bacain audzubikalimatitammati min sarrima kholaq. Feeling aja aku itu berguna. Dari artinya sih bagus. Tuhan yang maha kuasa atas sesuatu yakan?

Abis itu aku tebarin ke temen – temen kaya di cipratin gitu yakan. Ngasal aja pake feeling. Nah suara yang mereka denger itu tiba – tiba menghilang. Disitu aku bersyukur banget.

“ Tinggal didepan sama belakang han. “

Nah Sekarang ada beberapa orang yang sudah berani melihat dengan mata. Dan sekarang aku berhadapan dengan sesuatu yang tidak kasat mata. Benar – benar tidak bisa kulihat. Aku takut? Banget. Kalau aku takut? Siapa yang nguatin mental rombongan ini?

Kira – kira begini.

“ Tuhan, hidup dan mati adalah kuasamu. Jika hari ini memanglah diakdirkan kami untuk menemui ajal. Maka kami sangat ikhlas. Tetapi jika bukan karnamu, tolong bantu dan lindungi kami. “

Aku berjongkok lantas mengepalkan tangan kanan kearah depan. Lalu membacakan ayat surat mulk dan surat al waqiah 10 ayat. Coba deh cari arinya surat al waqiah 1 – 10. Pokoknya aku tau deh artinya.

“ Lu tau kan, ini apa??? “ Selesai membacanya aku mengancam mereka.

“ Kalau lu nggak pergi, gw pukul pake ini.. “ Ancam ku lagi dengan kepalan tangan seperti tinju.

“ Masih ada han. Nggak pergi – pergi. “ Ucap temanku dibelakang sana.

“ Oke, lu yang minta. “

“ Bummmm.. “ Aku memukul kearah tanah.

Aku ulangi, dengan membaca yang sama.

“ Bummm.. “

Sampe 3 kali kira – kira aku melakakukannya.

“ Udah han, mereka teriak – teriak kesakitan terus pergi. “

“ Mampuss.. udah ayo kita lanjut jalan. “

Dan kitapun lanjut berjalan, nggak sampe 10 menit tiba – tiba kita sampai di pos 1. Aneh banget asli. Dan yah, pos 1 ke pos ojek hanya 10 menit samapi pos ojek. Kitapun sampai dibasecamp.

Kalian pikir cerita ini cukup sampai dibasecamp? Ternyata tidak, sekilas ketika kita mau tidur dibasecamp. Ada sekitar 3 wanita dari jendela melihat kami dengan tatapan marah.. sayangnya, aku tidak peduli dan memilih untuk tidur.

Tamat..

Males cerita lanjutannya wkwkkw..

@NatheKing lunas ya..
 
ada nad.. gokil bet nad wkwk.. kita pas dimobil aja nemu ulerr.. kalau kamu tau kan ada rest area yang kena bakar ya... macett poll itu.. ada juga disitu wkwk.. cuma yooo bedaa cerita laaaaa wkwkwkw
Lanjutt.... dua tahun ngana sapinggal ehhh dadi nyanyi🤣🤣
 
ada nad.. gokil bet nad wkwk.. kita pas dimobil aja nemu ulerr.. kalau kamu tau kan ada rest area yang kena bakar ya... macett poll itu.. ada juga disitu wkwk.. cuma yooo bedaa cerita laaaaa wkwkwkw
Kl tmnmu yg hbis km sodomi sampai darah perawan e pecah itu gk diikuti terus zing?
 
Hola selamat siang kawan kawin.. Pa kabar semuanyaaaaa...

Mami mau numpang curhat dl ah sekali²

Udh pikiran kacau.. Makin kacau krn tamu bulanan.. Sampe ga mood mandi, ga mood makan, ga mood ketemu siapapun..

Senang jg krn td jualan laku 1.. Satsetwatwet...
 
Back
Top